Wednesday, November 10, 2010

Suku Abui

Sekitar 2 minggu yang lalu, gw mononton satu acara di salah satu televisi swasta yang judulnya 'Primitive Runaway'. Bukan yang pertama kali juga gw nonton acara ini, tetapi tidak tahu kenapa di episode kali ini banyak sisi menarik dan sedikit menyentuh. Sekilas tentang acara ini, acara ini merupakan tantangan bagi selebriti untuk hidup di suatu daerah atau suku yang masih bisa dibilang primitif. Kali ini adalah Suku Abui yang berada di pulau Alor kepulauan Nusa Tenggara Timur. Sedikit gambaran tentang suku ini :

Suku Abui memiliki pakaian tradisional yang terbuat dari kain sejenis songket. Pakaian pria dan wanita memiliki namanya masing-masing. Untuk pakaian wanita disebut noang sedangkan untuk pakain pria disebut keng. Cara menggunakan pakaian ini sangat mudah karena hanya dililit saja.
Makanan pokok kesehariannya pun bukan nasi, melainkan jagung. Jagung rrebus ini biasa mereka sebut dengan fatmamal. Jagung rebus yang satu ini lain daripada yang lain karena mereka memasaknya dengan setengah matang. Semua itu dimaksudkan agar yang memakan jagung rebus lebih cepat kenyang dan dapat menahan lapar lebih lama.
Masyarakat suku Abui beristirahat dirumah peristirahatan atau tofa. Rumah ini seperti rumah panggung namun dibagian bawahnya ada tempat tambahan. Karena dirumah tersebut pria dan wanitanya tidur secara terpisah. Wanita dibagian atas dan pria dibagian bawah.





itu hanya sedikit tentang Suku Abui.
Walau hidup dengan gaya masih sangat tradisional, bukan berarti mereka tidak memiliki kegiatan setiap harinya. Untuk suku tersebut, pantang yang namanya bermalas-malasan. misalnya, keseharian para laki-laki, baik orang dewasa maupun anak kecil adalah berburu babi, membuat panah, dan membuat rokok dari tembakau yang dilinting. Untuk para wanitanya adalah berkebun, mencari sayuran, memasak dan mengambil air.

Kehidupannya memang sangat sederhana, ditambah mereka tidak merima listrik untuk kesehariannya. Mereka masih berpegang teguh bahwa alam tidak boleh ada yang mengganggu. Yang menarik dari suku ini adalah rasa kebersamaan dan nilai-nilai yang masih dijalankan dengan teguh, disaat gempuran globalisasi dan modernisasi di zaman sekarang. Rasa kebersamaan ini yang membuat Suku ini tetap hidup. Nilai-nilai yang mereka tanamkan terasa tidak ada paksaan ataupun beban, tetapi memang suatu keharusan untuk menjalani hidup apa adanya. Mereka memiliki cara tersendiri untuk menjalani hidupnya. Cara inilah yang seharusnya dapat dicontoh untuk masyarakat yang sudah hilang nilai-nilai akal sehatnya.
toh, tidak ada salahnya untuk banyak belajar dari kebudayaan yang masih bisa dibilang primitif ini. Primitif, tetapi hidup damai lebih baik daripada moderen, tetapi hidup bergelimang kebohongan.